Type something and hit enter

author photo
Oleh On

Bagan Analisis Masyarakat Desa Trembes
Bagan Analisis Masyarakat  Desa Trembes



1.      Desa Trembes dan Masyarakatnya: Realitas dan Problematika
       Trembes dulunya bernama Gares karena wilayahnya yang gersang dan kurang air sehingga tanaman apapun yang ditanam susah untuk bertahan hidup. Sampai pada saat dimana datang seorang penunggang kuda yang bernama Merti Hadikusuma melintas di wilayah desa ini. Karena karomahnya, bekas injakan kaki kuda yang ditunggangi mengeluarkan rembesan air dari dalam tanah. Sejak peristiwa itu maka masyarakat menyebutnya dengan Desa Trembes.
       Trembes merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Desa ini berada di bawah kaki Gunung Botak (sebagian orang menyebutnya dengan Gunung Mayit) yang merupakan serangkaian dari Pegunungan Kendeng Utara (Pegunungan Serayu Utara), yang notabene merupakan pegunungan kapur/karst. Dengan keadaan tersebut membuat Trembes memiliki wilayah yang kurang akan air di permukaan akibat sifat batuan kapur yang sangat mudah meloloskan air. Meskipun berada di wilayah Kabupaten Rembang yang mempunyai wilayah perairan laut, namun jarak Desa Trembes sangat jauh dari pantai karena letaknya di Rembang paling selatan dan mempunyai wilayah hutan bagian dari Perhutani.
        Dengan tidak memiliki wilayah perairan laut, maka mayoritas masyarakat Trembes bermatapencaharian sebagai petani. Jenis lahan pertanian di sini yaitu sawah, tegalan, dan persil (huma). Dari kondisi geografis yang telah dijelaskan di atas maka sawah di sini merupakan sawah tadah hujan, yang sumber perairannya memanfaatkan air hujan. Jenis tanaman yang ditanampun harus berdasarkan musim, karena kebutuhan air yang tersedia juga dari alam. Padi merupakan tanaman yang ditanam pada musim penghujan, karena di musim tersebut air tersedia dengan intensitas yang tinggi dan padi butuh akan banyak air. Untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah, maka di desa ini dibangun waduk untuk menampung air hujan. Sebenarnya terdapat tiga waduk, namun yang masih berfungsi dengan baik hanya satu waduk, dua waduk yang lainnya sudah beralih fungsi sebagai sawah. Biasanya di musim kemarau masyarakat banyak memanfaatkan lahan sawah untuk ditanam tanaman dengan kebutuhan air yang sedikit, seperti jagung, semangka, kacang-kacangan, atau wijen. Untuk lahan pertanian yang merupakan tegalan atau persil dimanfaatkan masyarakat dengan menanam ketela pohon atau jagung. Mulai dari tahun 2011 banyak masyarakat yang menanam tembakau untuk memanfaatkan lahan pada musim kemarau. Dengan menanam tembakau kendala tidak hilang begitu saja. Masyarakat penanam tembakau terikat kontrak dengan perusahaan rokok, dimana bibit disediakan oleh perusahaan tersebut namun penjualan juga hanya bisa dijual disana. Apabila dijual selain pada perusahaan tersebut maka di tahun yang akan datang kontrak diputus. Biaya dan tenaga untuk proses penanaman serta pengolahan menjadi potongan daun tembakau juga dari petani sendiri. Harga tembakau ditentukan berdasarkan kualitas kelas yang semu, jadi masyarakat hanya bisa ‘pasrah’ karena tidak bisa menentukan atau bernegosiasi soal harga daun tembakau.
       Masyarakat Desa Trembes keseluruhannya manganut agama Islam, dengan terbagi atas dua ormas Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyyah. Masyarakat cenderung menganut budaya politik kawula dimana mereka mengikuti pemuka agama setempat. Adapun wilayah pemukiman penduduk terpusat di tengah desa dengan dikelilingi sawah di bagian barat, utara, dan timur; dan hutan di bagian selatan. Terdiri dari sepuluh rukun tetangga (RT) dan hanya satu rukun warga (RW) dengan tidak adanya dukuhan, seharusnya Desa Trembes bisa melakukan pembangunan lebih maksimal. Terlebih di desa ini juga terdapat fasilitas yan tersedia untuk umum diantaranya masjid, TK, SD, madrasah diniyah, beberapa TPQ, dan PUSTU. Namun pada kenyataannya pembangunan kurang berjalan dengan baik khususnya akses jalan atau gang kecil di dalam desa. Banyak jalan yang rusak dan tidak terawat dengan baik dan masih banyak yang hanya berupa jalan setapak. Sebenarnya dengan adanya PNPM Mandiri Pedesaan pada tahun 2010 dana yang diberikan oleh pemerintah pusat sudah sebagian dimanfaatkan untuk pembangunan jalan, namun saat ini banyak jalan yang sudah rusak. Sedangkan sebagian dana yang lain dimanfaatkan untuk pembangunan madrasah diniyah.
       Kesadaran dan kehidupan yang berbeda juga menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat semakin kentara. Masyarakat di wilayah selatan desa memiliki ekonomi yang rata-rata menengah keatas dengan kesadaran pendidikan yang sangat tinggi. Di bagian sini masyarakatnya banyak yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi dan juga sudah banyak yang lulus dengan menyandang gelar sarjana. Akan tetapi banyak para sarjana yang menganggur dan bekerja tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni semasa di perguruan tinggi. Sedangkan masyarakat di wilayah utara memiliki ekonomi yang rata-rata menengah kebawah dengan kesadaran pendidikan yang rendah, kebanyakan anak perempuan langsung menganggur setelah lulus MTs atau SMP lalu menikah di usia muda. Sedangkan untuk anak laki-laki melanjutkan pendidikan hanya sampai di jenjang sekolah menengah atas, sehingga untuk mencari pekerjaan yang lebih baik juga menjadi sulit karena kondisi zaman yang semakin maju. Akibatnya dari mereka juga banyak yang menetap di desa dengan ikut bekerja di sawah dengan pengetahuan yang kurang memadai, kalaupun ada yang di luar desapun juga merantau menjada pekerja ‘kasaran’. Interaksi sosial antar masyarakat kurang begitu terbentuk, hal ini terbukti dengan banyaknya organisasi desa yang tidak berjalan seperti karang taruna, kelompok tani, dan PKK.
       Dengan melihat semua uraian di atas, bisa dikatakan bahwa kondisi masyarakat di Desa Trembes dari segi ekonomi masih kurang baik. Terbukti dengan adanya banyak pemuda yang menganggur, kurangnya kebutuhan air untuk pertanian karena masih bergantung pada alam, dan infrastuktur sebagai akses perekonomian kurang baik. Dari segi kehidupan sosial juga masih memperihatinkan, masih terdapat sebagian masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pendidikan dan masa depan, organisasi desa yang tidak berjalan dengan baik, serta banyak lulusan sarjana yang kurang bisa menerapkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Trembes.

2. Rencana Penyelesaian Problem di Desa Trembes sebagai Langkah dalam Pembangunan
Bagan Rencana Kerja Desa Trembes
Bagan Rencana Kerja Desa Trembes
       Setelah mengetahui realitas di Desa Trembes dan berbagai problematika yang terjadi, maka bisa dilakukan perencanaan yang digunakan untuk melakukan perbaikan. Perencanaan tersebut bisa tertuang dalam program kerja sesuai bidang pembangunan, problematika yang terjadi, dan langkah yang bisa ditempuh. Dengan demikian maka pemetaan pembangunan bisa berjalan tepat sasaran sehingga dihasilkan manfaat yang maksimal. Berikut ini akan dijabarkan poin-poin rencana kerja untuk memetakan pembangunan.
a.       Bidang Perekonomian
1)      Pengangguran: Pelatihan dan kesempatan
       Faktor utama yang menyebabkan adanya pengangguran di Desa Trembes terutama para pemudanya adalah kurangnya keterampilan dan pengetahuan. Hal tersebut bisa teratasi apabila para pemuda mendapatkan pembekalan dengan diadakannya pelatihan. Pelatihan bisa dilakukan dengan kerjasama antara pemerintah desa, dinas sosial, maupun ormas Islam setempat. Ada beberapa pelatihan yang sesuai dengan masyarakat di wilayah desa, karena dengan jenis pelatihan yang tepat maka akan lebih berguna bagi masyarakat. Adapun pelatihan yang tepat diantaranya adalah pelatihan tata boga, menjahit, kriya, komputer, dan internet. Bagi para pemudi pelatihan tata boga bisa menjadi awal untuk melakukan bisnis dengan membuat kue, baik kue basah maupun kue kering. Bisnis kue bisa dijalankan sebagai industri skala rumahan secara bersama sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang banyak dari wilayah sendiri. Kemampuan menjahit yang dilatihkan bisa digunakan sebagai bekal untuk keterampilan membuat pakaian, bila dikembangkan juga bisa untuk menjadi kemampuan membordir atau kerajinan yang memanfaatkan keterampilan menjahit. Bagi para pemuda bisa memanfaatkan pelatihan kriya dan komputer. Pelatihan kriya berguna untuk mengolah hasil alam atau bahan bekas menjadi barang yang lebih berdaya guna, sedang untuk pelatihan komputer bisa bermanfaat sebagai kemampuan untuk memperbaiki komputer atau peralatan elektronik rusak lainnya, karena pada zaman ini barang elektronik sudah menjadi bagian kehidupan yang biasa digunakan. Adapun pelatihan internet ilmunya bisa dimanfaatkan sebagai sarana promosi untuk produk olahan yang dihasilkan, seperti kue, kerajinan bordir, dan kriya.
       Sedangkan kesempatan disini diartikan sebagai pemanfaatan peluang yang tersedia. Desa Trembes berada di wilayah Kecamatan Gunem, dimana di wilayah ini didirikan pabrik semen milik PT. Semen Indonesia tepatnya di Desa Tegaldowo. Sehingga dengan begitu Trembes masuk dalam Ring 2 penyerapan tenaga kerja pabrik semen. Hal tersebut membuat peluang yang terbuka lebar bagi masyarakat Trembes terutama pemuda untuk bisa diterima sebagai karyawan di sana. Dengan kondisi tersebut pemerintah desa bisa memberi saran bagi pemuda yang menganggur untuk melamar di pabrik semen.
2)      Kebutuhan air untuk persawahan: Irigasi
       Telah dijelaskan sebelumnya bahwa di Trembes terdapat tiga waduk, namun hanya satu yang berfungsi, sedangkan lainnya telah beralih fungsi. Untuk itu dibutuhkan ketegasan bagi pemerintah desa untuk melarang penggunaan waduk sebagai lahan persawahan. Dengan dihentikannya dua waduk yang digunakan lahan persawahan, maka kedua waduk tersebut bisa diaktifkan sesuai fungsi sebenarnya. Apabila ketiga waduk telah sesuai fungsinya maka persediaan air untuk persawahan bisa terpenuhi.
       Jika kebutuhan air telah sesuai harapan maka selanjutnya memperbaiki saluran irigasi. Irigasi diatur sedemikian rupa supaya semua sawah milik warga bisa mendapat air dengan adil. Supaya menghindari konflik maka diperlukan petugas khusus yang disepakati bersama untuk mengatur penjadwalan aliran air. Misalnya apabila persawahan bagian timur mendapatkan jatah irigasi di siang hari, maka di malam harinya adalah giliran persawahan bagian barat yang mendapatkan jatah irigasinya.
3)      Infrastruktur: Perbaikan
       Infrastruktur menjadi kebutuhan yang penting dalam hal ekonomi, terutama jalan. Karena dengan jalan maka kegiatan ekonomi bisa mudah dan berjalan lancar. Banyak jalan yang sudah rusak di Desa Trembes, bahkan jembatan penghubung Trembes antar desa Kecamatan Gunem di sebelah selatan terputus. Akibatnya kondisi perekonomian sedikit terhambat, terutama bagi para pedagang dari Trembes yang memiliki kios di Pasar Tegaldowo yang melewati jembatan tersebut. Sehingga mereka harus memutar dengan jarak yang lebih jauh untuk berjualan di kiosnya.
       Permasalahan tersebut bisa teratasi bila dari warga desa bisa saling berpartisipasi untuk membangun kembali jembatan. Apalagi Semen Indonesia juga sudah banyak memberi bantuan berupa dana untuk desa sejak awal pendiriannya pada 16 Juni 2016. Apalagi setiap desa saat ini telah menerima bantuan pemerintah berupa “Dana Desa”. Setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa, di tahun 2016 ini digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Prioritas pertama penggunaan dana desa yaitu untuk membangun infrastruktur antara lain jalan, irigasi, jembatan sederhana, dan talud. Dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk membeli material yang diperlukan dalam pembangunan jalan dan jembatan. Sehingga dengan demikian kegiatan ekonomi masyarakat bisa berjalan normal kembali.
b.      Bidang Sosial
1)      Kesadaran pendidikan: Sosialisasi
       Sebagaian masyarakat Trembes memang belum sadar akan pentingnya pendidikan. Untuk itu diperlukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Apalagi saat ini banyak perusahaan yang mensyaratkan untuk calon karyawan harus lulus dari pendidikan tinggi. Karena semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pula pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan pekerjaannya. Apalagi sekarang program pemerintah tidak lagi wajib belajar sembilan tahun, melainkan sudah berganti menjadi wajib belajar duabelas tahun. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan SDM apalagi saat ini sudah era masyarakat ekonomi ASEAN. Tentunya program ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat juga melakukannya. Lembaga pendidikan dan pemerintah desa dituntut untu bisa menumbuhkan kesadaran pendidikan dalam masyarakat.
2)      Penerapan ilmu yang kurang tepat: Penyediaan fasilitas
       Banyak sarjana di Desa Trembes yang bekerja tidak sesuai bidangnya. Misalnya sarjana ekonomi yang bekerja menjadi petani seperti halnya orang yang tidak sarjana. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas bisa bermanfaat bagi para sarjana tersebut untuk menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Seperti contoh adalah penyediaan lahan kosong bagi sarjana pertanian atau sarjana agroteknologi untuk mengembangkan tanaman hasil pemuliaan. Apabila telah mendapatkan hasilnya maka dibagi dua untuk setengahnya masuk kas desa. Jadi ilmu yang mereka dapatkan tidak menjadi ‘sia-sia’ karena keterbatasan fasilitas.
3)      Organisasi desa: Pengaktifan kembali
       Organisasi sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam proses interaksi sosial. Dalam lingkup desa organisasi bisa menjadi wadah bersama dalam melakukan pembangunan. Trembes juga memiliki berbagai organisasi seperti halnya desa yang lain. Namun banyak organisasi yang tidak terurus atau mangkrak karena ketidak-aktifan anggotanya. Perlu disediakan waktu untuk mengumpulkan masyarakat yang secara khusus membahas pengaktifan kembali organisasi yang ada. Dengan dikumpulkan masyarakat maka akan menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk menghasilkan kesepakatan bersama. Pertemuan juga harus dilakukan dilain waktu lagi guna membahas pembentukan kepengurusan organisasi yang ada.

0 komentar

Terima kasih telah berkomentar dengan bahasa yang sopan, positif, serta membangun